Jaman sudah edan, sing ora edan ora kaduman

| |

Krisis yang berkepanjangan telah merubah makro-spiritual penduduk negri ini. Banyak orang yang menyebrang ke dunia lain. Orang kota sudah gemar mistik dan klenik,oseng kampung mulai ikut-ikutan gaya hidup selebritis, orang kampus banyak yang bertangdang ke senayang hanya cuma ingin di sebut kaum intelek. Orang awam banyak yang bicara bijak layaknya orang agamawan, kaum agamawan banyak yang berprilaku seperti preman, dan masih banyak lagi keganjilan-keganjilan yang di pertontonkan.
semua bertopeng, kita bebas memilih topeng yang berjajar bergelantungan di pasar rakyat. Jika kita ingin jadi kyai, kita tinggal beli topeng ulama. Bila ingin kita terkenal,tinggal beli topeng artis. Apabila ingin jadi paranormal silahkan beli topeng tengkorak, muka syaitan, atau kyai paranormal. Semua ada dan mudah di dapat.
Kehidupan sekarang sudah tidak ikut pada aturan main. Tapi anehnya,semua itu laris manis terjual. Lihat saja, para kyai yang biasanya mukim di pondok bambu dan di kerumuni oleh para santri dan tetap sabar hidup dalam suasana sederhana,kini mereka lebih suka menginap di hotel berbintang dan berkendaraan mewah. Dan tega meninggalkan para santri di pondok bambunya. Paranormal yang dulu hidup di padepokan di pelosok desa. Kini mulai buka praktek di gedung apartemen dan gedung pencakar langit. Bahkan merambah menggunakan media informasi seperti SMS dan internet, dengan ketik REG sepasi RAMAL. Kini kita rasa nyata ungkapan orang jawa dulu "Jaman wis edan, sing ora edan ora kaduman".
Ya begitulah kira-kira yang terjadi sekarang,sebagai ekses negatif lepasnya ikatan-ikatan spiritual yang mejadi perekat makro-kosmo komunal masyarakat.
Setiap hari kita dengar berita-berita,baik di radio atau TV atau media masa lainnya. Dan telinga kita terasa panas " Basmi koruptor dan berantas KKN". Tapi nyatanya maling teriak maling. Ibarat koruptor adalah tikus. ternyata krua punya trik baru biar kita tidak di cap tikus koruptor,yaitu dengan memakan tikus. Kita berantas KKN tapi nyatanya kita budayakan lobi-lobi sana-sini. Kita obrak-abrik tempat maksiat, tapi kita tilep barang jarahan. Kita tentang judi, nyatanya kita tanpa sadar memperjudikan kehidupan kita. Kita tolak pornografi dan pornoaksi, nyatanya kita masih saja suka "menelanjangi" aib orang lain. Kita laknat narkoba dan obat terlarang, tetap saja kita mabuk memuaskan kepentingan dan hajat hidup. Ironis memang. Itulah kenyataan makin mengkristal gejala atomisme masyarakat. Yang penting puasss.

Popular Posts

Template: Santri Kampung (2017)

Designed by: Santri Kampung
Sponsor by: Annabawi FM©