Syukur Nikmat

| |

Karena kesibukan dalam menjalankan aktivitas,membuat kita lupa bahwa karunia yang Allah swt.berikan kepada hambanya begitu banyak. Sampai-sampai di tegaskan dalam Al Qur'an surat Ibrahim.34 "Jika kamu hendak menghitung nikmat Allah,niscaya kamu tidak ciri menghitungnya."Seringkali kita tersentak,kaget dan baru menyadari akan karunia yang Allah berikan setelah kita mendapat musibah. Lalu kita menghamba dan mengiba supaya Allah swt menghilangkan musibah yang ada pada kita. Setela Allah menghilangkan apa yang ada pada kita yaitu musibah,kemiskinan,kemadlorotan dan lain sebagainya,sebagian dari kita mengingkari nikmat.
Setip detik yang kita lalui dalam menjalani kehidupan ini tidak bisa terlepas dari nikmat dan karunia Allah swt. Sejak manusia dilahirkan ke dunia ini,bahkan saat masih berada dalam rahim ibu,kita sudah menjadikan proses kehidupan sebagian dari karunia Allah swt. Mulai dari fase pertemuan mani dengan ovum,pembuahan,pertumbuhan janin,fase penguran ruh,hingga dilahirkan ke dunia merupakan suatu yang tidak terlepas dari karunia dan nikmat Allah swt. Dari tidak mengenal dan mengetahui sesuatu apa pun,lalu diberi pendengaran penglihatan dan hati untuk di gunakan mengenal diri dan dunia luar sehingga dapat mengetahui perkara yang positiv untuk kita maupun yang negativ,memunculkan pemahaman dan pengetahuan baru,bahkan sampai fase meninggalkan dunia ini untuk kembali menghadap kepada sang pencipta di akan akhirat kelak pun,tidak keras dari nikmat Allah swt.
Firman Allah swt," Dan barangsiapa yang bersyukur,maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri,dan barang siapa yang kufur (tidak syukur),maka sesungguhnya Tuhanku Maha kaya (tidak membutuhkan sesuatu) lagi maha mulia"(QS An-naml:40). Ayat ini memberi kefahaman bahwa,Allah swt tidak butuh kepada mahlukNya,apakah bersyukur atau tidak,justru manusia lah yang membutuhkan syukur dan manfaat syukur tersebut. Dalam surat lain Allah berfirman: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur,pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu,dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat sedih ". (QS Ibrahim: 7).
Ahmad Ibnu Faris menyebutkan empat arti kata 'Syukur' : -Pujian kepada kebaikan yang di peroleh. Hakikatnya adalah merasa ridlo apa yang di peroleh walaupun jumlahnya sedikit. -Kepenuhan dan kelebihan,seperti pohon tumbuh subur. -Sesuatu yang tumbuh di tangkai pohon (parasit).-Pernikahan atau alat kelamin. Dari keempat makna ini dapat diartikan sebagai penyebab dan dampak yang diakibatkan. Sehingga kata 'Syukur' mengisyaratkan, 'siapa yang merasa puas dengan yang sedikit,maka ia akan memperoleh banyak,lebat,dan subur'. Ar-Raghib al- Irfahani mengatakan kata 'Syukur' mengandung arti gambaran dalam benak tentang nikmat dan menampakannya ke permukaan. Dari segi kata,syukur itu berasal dari kata 'syakara' yang berarti membuka,sehingga ia nurusakan lawan kata 'kafara' (kufur) yang berarti menutup atau melupakan nikmat dan menutupinya. Makna ini sesuai dengan firman Allah swt dalam surat Ibrahim ayat 7 diatas. Dalam ayat yang menceritakan Nabi Sulaiman dikatakan, "Ini adalah sebagian anugerah Tuhanku untuk menguji apakah Aku bersyukur atau Kufur".(QS An-Naml: 40). Jadi hakikat syukur adalah menampakan makmat,dan hakikat kufur adalah menyembunyikannya. Penampakan nikmat tersebut antara lain menggunakan pada tempat dan sesuai dengan kehendak si pemberi dan juga menyebut nikmat dan si pemberi dengan lidah. "Adapun dengan nikmat Tuhanmu,hendaklah engkau menyebut-nyebutnya"(QS Ad-dhuha: 11). Dalam hadits riwayat Tirmidzi di sebutkan, "Allah senang melihat bekas (bukti) nikmat-Nya dalam penampilan hambanya." Dalam surat al- A'raf: 17, Iblis sang penggoda dan menyesatkan berkata, "Dan Engkau (Tuhan) tidak akan menemukan kebanyak dari mereka (manusia) bersyukur".

Popular Posts

Template: Santri Kampung (2017)

Designed by: Santri Kampung
Sponsor by: Annabawi FM©