"Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan jangan kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, kecuali mereka mengerjakan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka dengan patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu,padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak." (QS. an-Nisaa', 4:19
Sudahkah kita mengucapkan terima kasih pada istri kita? Kalau belum, mari kita kita menengok sejenak perjalanan hidup kita sejak dari bangun tidur sampai tidur kembali. Ingatlah kebaikan-kebaikan dari istri kita yang kita anggap baik atau kita anggap biasa-biasa saja. Ingatlah sejenak, betapa kita tidak pernah melewati hidup tanpa kebaikan istri. Selalu saja disana ada kebaikan yang tidak cukup kita balas dengan hanya ucapan Terima kasih. Kalau tetap kita tidak menemukan sesuatu yang bisa kita mengucapkan terima kasih pada istri. Menangislah menangis. Karena kerasnya hati dan kolotnya kita tidak mau menangkap kebaikan. Padahal sejudes apapun (mungkin) istri kita disana tetap ada kebaikan. Gara gara kita dibuatkan kopi (tanpa sengaja gula tertukar garam) yang rasanya asin lantas kita seenaknya memarahi istri,atau banyak lagi sesuatu yang bisa kita tidak suka padanya. Lantas kita begitu mudah menghilangkan kebaikan-kebaikan istri? Lantas apa yang menyebabkan kita memilih dia sebagai pendamping hidup?
Boleh jadi, memang kebahagiaan rumah tangga tidak ada kaitannya dengan seberapa kenal dengan dia. Tetapi tetap ada yang mendorong untuk kita memilih dia sebagai istri. Mungkin paras muka (ah....ini akan cepat pudar) mungkin karena lebih tinggi nilainya,karena ahlak. Karena kekayaan. Atau karena agama yang lurus. Jika ada sesuatu yang mendorong untuk memilih dan ada tawaran yang mengiyakan tawaran kepada kita, lantas mana yang menjadikan kita sulit untuk sekadar mengucapkan terima kasih? Atau ada sesuatu yang menyakitkan hati pada saat ini? atau lebih dari itu ada sesuatu perkara yang tidak saja kita membenci perkara tersebut,tapi bahkan menyebabka kita membenci dirinya? Kalau itu yang menyebabkan rasa cinta kita memudar,ingatlah akan firman Allah swt di atas. Tidakkah kita melihat di sana? boleh jadi kita tidak menyukai sesuatu,padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak. Betapa luas ilmu Allah dan betapa sempit ilmu kita. Sedikit kita sebut dari kebaikan istri yang kalau kita niat menghitung tentu kita payah. Adalah dia telah memberi keturunan pada kita. Adalah dia telah menggantikan posisi yang sebenarnya adalah kewajiban suami, semisal mebuatkan makana dan menyuguhkan kepada kita. Memelihara dan mendidik anak-anak kita. Membersihkan rumah dan lain sebagainya. Itu semua sebenarnya kewajiban sang suami. Akan tetapi digantikan posisi oleh istri. Istri memasak bukan kewajiban dia akan tetapi atas kebaikan dia. Membersihkan rumah bukan kewajiban istri. Akan tetapi atas kebaikan istri. Sebegitu banyak kebaikan-kebaikan akan tetapi kita menghilangkannya begitu saja gara gara kopi, gara-gara masakan keasinan. Gara-gara dan gara-gara sepele...